Kiat UMKM dan Perbankan Hadapi Perubahan Pola Konsumsi Masyarakat

Peran UMKM diakui semakin penting dan besar dalam pertumbuhan ekonomi nasional, khususnya di Jawa Timur.
Hal ini dikemukakan Kepala Bidang Pemasaran Dinas Koperasi & UKM Jawa Timur, Achmad Basuki, dalam Focus Group Discussion bertajuk Kiat UMKM & Perbankan Hadapi Perubahan Pola Konsumsi Masyarakat di Hotel Amaris  Bintaro Surabaya pada Kamis (23/11/2017).
Ia menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Jatim pada triwulan II/ 2017 mencapai 5,17%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,07%. Pertumbuhan ekonomi di Jatim tersebut ditopang oleh koperasi dan UMKM sebesar 54,98%.
“Ini menunjukkan pentingnya peran UMKM dalam perekonomian Jatim. Karena itu, perlu ditingkatkan dan didukung agar sukses dan makin besar,” ujar Achmad.
Ia mengatakan, Dinkop & UKM Jatim siap mendukung pelaku UMKM dalam hal legalitas seperti dari BPOM, IRT, sertifikasi halal, NPWP, UD atau PT. Untuk itu, pelaku UKM harus memiliki standarisasi.
“Setiap produk harus ada standarnya. Misalnya produk makanan harus mengantongi sertifikasi halal, juga dari BPOM,” ujar Achmad.
Produk UMKM juga harus dipromosikan agar dikenal masyarakat. Dinkop & UKM Jatim membantu pemasaran secara offline maupun online. Secara offline, dinas ini menyediakan galeri untuk memajang produk di Jalan Raya Juanda secara gratis. Dinkop juga berencana menggunakan sistem online yang bekerja sama dengan provider dan situs penjualan online.
Selain itu, Dinkop & UKM Jatim membantu untuk mempromosikan produk UMKM ke luar provinsi dengan memberi kesempatan pelaku usaha mengikuti pameran secara gratis untuk sewa stan.
Achmad mendorong pelaku UMKM untuk terus maju mencapai kesuksesan. Setelah memiliki legalitas dan memasarkan secara tepat, pelaku UMKM harus menjaga kualitas dan kontinuitas produk agar konsumen tidak lari.
“Kualitas dan kontinuitas harus dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Jangan setelah dapat banyak order atau order kesekian, lantas produknya tak sesuai seperti sebelumnya. Ini akan mengecewakan pembeli sehingga lari. Nanti yang rugi pelaku UMKM sendiri,” ujarnya.
Diskusi tersebut juga menghadirkan pelaku UKM, Kuncarsono Prasetyo, owner Kaos Sawoong, yang memulai usaha pada 2010 dan cukup berhasil. Ia mengatakan, pelaku UMKM tak perlu khawatir soal modal, karena bisa memanfaatkan fintech yang memberikan pinjaman mulai jutaan hingga miliaran rupiah.
“Jangan beralasan modal terbatas. Manfaatkan fintech untuk mendapat pinjaman guna memajukan usaha. Konsekuensinya, dana itu harus benar-benar digunakan untuk meningkatkan usaha,” ujarnya.
Kuncar, sapaan akrab Kuncarsono, menekankan pelaku UMKM untuk memanfaatkan TI seperti internet dan medsos dalam mempromosikan produk, karena hal ini dapat mendongkrak penjualan.
“Sekarang ini era digital. Pelaku usaha tidak boleh gaptek. Kalau kurang paham TI, harus berkolaborasi dengan mereka yang menguasai,” ujar mantan wartawan ini.
Kuncar juga menekankan perlunya memperhatikan kemasan. Kemasan yang bagus akan menarik minat konsumen dan mampu meningkatkan harga jual produk. Misalnya orang tidak akan tertarik dengan produk kacang yang hanya dibungkus plastik biasa meskipun harganya murah. Sebaliknya, orang akan tertarik membeli produk kacang yang dikemas dalam wadah cantik dengan tampilan foto yang bagus.
“Selain produksi, pemasaran tak kalah penting. Kemasan dan tampilan produk yang cantik mampu mempengaruhi ketertarikan orang untuk memesan,” ujarnya.
Sementara Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan OJK Regional 4 Jatim, Dani Surya Sinaga, mengatakan dengan kondisi makro ekonomi global tahun ini masih melambat, pemerintah terus menggerakkan perekonomian. Satu diantaranya dengan menggenjot UMKM agar mampu bersaing secara global.
”Menghadapi era digital ada 4 hal yang harus dimiliki UMKM yakni produktif, kreatif, punya jiwa entreprenuer dan go digital. Saya melihat sudah banyak pelaku usaha memasarkan produknya via online mulai dari produk, harga, tempat dan promosi,”tukasnya.
Bahkan Kabupaten Banyuwangi, kata Dani, menyediakan bayuwangimall.com, semua produk ditampikan mulai barang hingga jasa. Banyuwangi merupakan kabupaten yang maju dengan pesat. Di sana ada program karnaval, dan tiap minggu ada even. Bayangkan setahun saja ada 77 kegiatan yang dipublis dan dipromosikan oleh bupati, yang semuanya melibatkan UMKM.
Dari sisi era keuangan digital, OJK mengeluarkan ketentuan Fintech (Financial Technology) yang merupakan lini bisnis berbasis perangkat. Fintech dimulai Desember 2016 dan terus berkembang hingga saat ini.
”Setidaknya ada 25 perusahaan yang bergerak di bidang pembiayaan. Seperti Amartha.com yang menawarkan pinjaman mulai Rp3 jutaan, bagi pedagang kecil, seperti mracangan hingga toko kelontong. Caranya juga mudah, permohonan 3 hari sudah dijawab. Dan rate-nya 1,25 persen dengan sistem schooring credit dinilai yang palig bagus menentukan rate. Dan pembayarannya di Amartha, mingguan. Semua prosesnya dilakukan online,”paparnya.
Regional Credit and Bussiness Development Bank Mandiri Wilayah VIII Jawa Timur, Atta Alva Wanggai, mengatakan implementasi yang sudah dilakukan Bank Mandiri untuk turut mengangkat UMKM yakni melalui Rumah Kreatif BUMN (RKB). Di sini, mulai dari proses mencari UMKM, membina, sampai mengajarkan e-commerce, dijabarkan dengan jelas. Di setiap kota ada RKB dengan harapan bisa mengakomodasi kepentingan UMKM. Namun masing-masing kota, beda bank yang ditunjuk, misal di Sidoarjo menggunakan Bank BRI.
”Kebetulan di Surabaya kerja sama dengan Bank Mandiri. Karena program baru diluncurkan tahun ini, maka Bank Mandiri berusaha menjemput sendiri pelaku UMKM. Kita berusaha mencari UKM untuk dijadikan binaan BUMN maupun pemerintah. Jadi kita pro aktif,”ungkapnya.
Atta menambahkan hingga saat ini sudah ada 42 kegiatan pasca RKB dikenalkan sejak Januari 2017 lalu. Misalnya, kegiatan terkait packaging hingga mencari pasar, dari pembiayaan hingga produk jadi, semua sudah terprogram. Bahkan kita mewadahi promosi produk melalui digitalisasi alias e-commerce, lewat laman Blanja.com.